Seluruh anggota tubuh-ku gemetar,
Badan-ku semakin membugar,
Ada pertanyaan dalam relung jiwa,
Siapakah aku menurut dunia?
Hembusan pagi ini membawa aku
pergi,
Menikmati congkaknya manusia,
Silih berganti menertawakan keadaan
bumi,
Masih adakah surga yang tetap
terbuka?
Hati-ku menjadi ragu,
Tatkala aku duduk dalam singgasana
cinta,
Memimpin dengan kelembutan hati,
Bagi pendidik negeri yang
membutuhkan pengolah jiwa.
Wahai manusia yang berlebel asmara,
Aku hanya dapat memimpin dengan
kelembutan cinta.
Harta dunia hanya sebagai sandaran
sementara,
Mempersiapkan kehidupan abadi di
alam surga.
Pemimpin sejati tidak akan pernah
mati,
Ia tetap hidup walaupun ditindas
dengan linggis besi,
Semangat jiwa berkobar untuk
mengabdi,
Keteladanan suci bukan hanya obral
janji.
Ya Allah ... Ya robbi,
Lindungi niat suci.
Ya Allah ... Ya robbi,
Kabulkan permohonan kami.
Kepala adalah pusat bagi kami,
Menggerakkan seluruh tubuh kami.
Tidak mungkin
Pemimpin berjalan sendiri.
Tidak mungkin
Bawahan tanpa pemimpin sejati.
Kami hanya mampu bersyukur,
Memiliki pemimpin yang tidak kufur.
Kami hanya mampu mengabdi,
Memajukan bahagia dan damai di
tanah terjanji.
Kirim salam untuk pemimpin negeri,
Membawa perubahan untuk generasi.
Kesempatan adalah kado terindah
dalam mengabdi,
Wujudkan harapan persatuan untuk
NKRI.
------------------------
Puisi ini terinspirasi WA bersama Bapak Ali Mahtum di malam hari dalam membangun anak negeri. Sebagai Kado terindah dari Kepala Pusdiklatcab Untuk Kepala SKB, Jum'at 12 November 2021, pkl.K 05.30 s.d. 05.59 WIB ditulis di Wanasari Blok FWA 111 No. 01 RT 02 RW. 06 Kel. Wanasari Kec. Citangkil Kota Cilegon